Immovesting – Anthony Scaramucci, mantan Direktur Komunikasi Gedung Putih. Baru-baru ini menyatakan bahwa lonjakan tarif impor yang diterapkan oleh Amerika Serikat berpotensi memberikan keuntungan bagi Bitcoin (BTC). Dalam wawancara dengan platform investasi Saxo, Scaramucci menjelaskan bahwa meskipun kebijakan tarif tersebut bisa merugikan ekonomi Amerika dan negara mitra dagangnya, dampaknya terhadap Bitcoin bisa berbeda.
Scaramucci menilai bahwa kebijakan tarif impor yang diberlakukan pemerintah AS dapat menyebabkan dampak negatif bagi perekonomian global. Ia mengingatkan bahwa jika AS mengalami resesi, negara-negara lain di dunia juga akan merasakannya. Hal ini sudah terbukti dalam beberapa krisis ekonomi sebelumnya, seperti yang terjadi pada krisis keuangan global. Namun, ia menganggap bahwa Bitcoin dapat memperoleh manfaat dari situasi tersebut.
Lebih lanjut, Scaramucci menjelaskan bahwa Bitcoin bisa menguntungkan dalam kondisi pasar yang volatile. Menurutnya, dalam beberapa minggu terakhir, Bitcoin. Yang sebelumnya dikaitkan dengan saham-saham teknologi besar seperti MAG7 dan NASDAQ, mengalami fluktuasi harga yang tajam. Meskipun sempat mengalami penurunan, Bitcoin kemudian kembali menunjukkan potensi pertumbuhan yang menarik bagi investor.
Pada pekan sebelumnya, harga Bitcoin mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Berdasarkan laporan dari Cointelegraph, harga Bitcoin mengalami peningkatan sebesar 1,56% dalam 24 jam terakhir pada Sabtu (26/4), dan melambung 11,11% selama sepekan terakhir. Harga Bitcoin pun kini mencapai angka USD 94,678,28 atau sekitar Rp 1,59 miliar, dengan asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.799. Kenaikan harga ini juga berdampak pada nilai kekayaan dari pencipta Bitcoin, Satoshi Nakamoto.
Baca Juga : OpenSea Kembali Menguasai Pasar NFT, Ungguli Pesaing Utama
Sebagai informasi, Nakamoto diketahui memiliki sekitar 1,1 juta BTC yang selama ini belum pernah dipindahkan sejak pertama kali Bitcoin diciptakan. Dengan lonjakan harga Bitcoin, nilai kekayaan Nakamoto kini kembali melampaui USD 100 miliar, atau sekitar Rp 1.680 triliun. Aset yang dimiliki Nakamoto ini kini semakin bernilai seiring dengan peningkatan harga Bitcoin yang cukup signifikan dalam beberapa minggu terakhir.
Kenaikan harga Bitcoin yang mencapai level USD 94.000 baru-baru ini membuat aset Nakamoto kembali menjadi sorotan. Meskipun Bitcoin sempat mengalami penurunan harga hingga mencapai level terendahnya dalam lima bulan terakhir, reli harga yang terjadi belakangan ini berhasil mengangkat harga Bitcoin hingga melampaui USD 90 ribu. Pada beberapa saat, harga Bitcoin sempat menyentuh level tertinggi USD 94.500 sebelum akhirnya stabil pada nilai yang sedikit lebih rendah.
Data yang dihimpun oleh Arkham Intelligence mengungkapkan bahwa Nakamoto masih menjadi pemegang Bitcoin terbesar, dengan kepemilikan sekitar 1,1 juta BTC. Meskipun kepemilikan tersebut telah tidak aktif selama lebih dari satu dekade, lonjakan harga Bitcoin baru-baru ini membuat nilai aset tersebut kembali mengarah ke angka fantastis di atas USD 103 miliar, menjadikannya salah satu individu terkaya dalam kategori Bitcoin.
Kenaikan harga Bitcoin yang cukup pesat ini menunjukkan bahwa aset digital ini semakin menarik bagi para investor, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global akibat kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh Amerika Serikat. Dalam konteks ini, Bitcoin terlihat semakin menguat dan menjadi pilihan investasi yang menarik bagi mereka yang mencari alternatif dalam menghadapi ketidakpastian pasar global.
Simak Juga : Mencegah HPV dengan Vaksinasi untuk Laki-Laki dan Perempuan