Immovesting – China saat ini tengah menghadapi tantangan besar dalam mengelola dan membuang kripto yang disita dari berbagai aktivitas ilegal. Seiring dengan berkembangnya kejahatan yang melibatkan mata uang digital, para pejabat, pengacara. Serta regulator di negara tersebut mulai mendesak adanya regulasi yang lebih jelas untuk menangani kripto hasil sitaan.
Laporan terbaru yang diterbitkan oleh perusahaan investasi Bitcoin River mengungkapkan bahwa hingga akhir tahun 2024. Pemerintah daerah di China diperkirakan akan memegang sekitar 15.000 Bitcoin. Jumlah ini menjadikan China sebagai salah satu pemegang kripto terbesar di dunia, menduduki posisi ke-14. Meski demikian, di daratan China, perdagangan kripto seperti Bitcoin dan Ethereum dilarang keras. Serta kripto tidak diakui sebagai alat pembayaran atau bentuk aset yang sah. Walaupun begitu, pihak berwenang tetap menyita kripto dari berbagai kasus penipuan, pencucian uang, hingga perjudian online.
Banyak pemerintah daerah di China bahkan bekerja sama dengan perusahaan swasta untuk menjual kripto yang disita ke pasar internasional dan mengubahnya menjadi uang tunai. Hasil penjualan ini kemudian dimasukkan ke dalam kas daerah sebagai tambahan pendapatan, terutama di tengah kondisi ekonomi yang melambat. Profesor Chen Shi dari Universitas Ekonomi dan Hukum Zhongnan menyatakan bahwa penjualan kripto oleh pemerintah daerah. Hal ini merupakan solusi darurat yang bertentangan dengan larangan perdagangan kripto yang ada di China saat ini.
Ketiadaan regulasi yang jelas mengenai prosedur pembuangan kripto hasil kejahatan menyebabkan perlakuan terhadap aset ini berbeda-beda di tiap daerah. Hal ini menimbulkan kekhawatiran terkait ketidakterbukaan, penyalahgunaan wewenang, dan bahkan bisa mendorong pelaku kejahatan untuk semakin berani. Guo Zhihao, seorang pengacara senior di Firma Hukum Beijing Yingke, menyatakan bahwa larangan perdagangan kripto bertentangan dengan kebutuhan otoritas lokal yang ingin melikuidasi aset sitaan. Ia juga mengusulkan solusi jangka panjang berupa penjualan kripto ke luar negeri atau membangun cadangan nasional dari kripto yang disita.
Baca Juga : Kesenjangan Ekonomi: Penyebab, Dampak dan Solusi
Seminar-seminar mengenai revisi kebijakan kripto telah digelar, dan meski belum ada keputusan resmi, mayoritas peserta sepakat bahwa pengadilan seharusnya mengakui mata uang kripto sebagai bentuk aset dan menerapkan prosedur nasional yang seragam untuk penanganannya. Diskusi mengenai masalah ini semakin intens karena jumlah kasus pidana yang melibatkan aset digital meningkat pesat. Data dari perusahaan keamanan blockchain, SAFEIS, menunjukkan bahwa nilai uang yang terkait dengan kejahatan kripto naik sepuluh kali lipat pada tahun 2023, mencapai sekitar 430,7 miliar yuan (sekitar USD 59 miliar).
Pada tahun lalu, sekitar 3.032 orang digugat karena keterlibatan dalam pencucian uang berbasis kripto, menurut laporan dari kejaksaan agung China. Pendapatan yang diperoleh dari hasil sitaan kripto oleh pemerintah daerah juga meningkat signifikan, mencapai 378 miliar yuan, atau naik 65% dibandingkan lima tahun sebelumnya.
Selain itu, perusahaan teknologi asal Shenzhen, Jiafenxiang, dilaporkan telah membantu beberapa pemerintah daerah seperti Xuzhou, Hua’an, dan Taizhou dalam menjual kripto senilai lebih dari 3 miliar yuan ke pasar luar negeri. Hasil penjualan tersebut kemudian dikonversi menjadi yuan dan dimasukkan ke rekening keuangan daerah. Namun, praktik ini belum diatur oleh regulasi yang jelas, sehingga menimbulkan celah hukum yang berisiko tinggi.
Liu Honglin, seorang pengacara yang sering memberikan masukan kepada pemerintah daerah, menegaskan bahwa meskipun aset kripto yang disita kini menjadi sumber pendanaan penting bagi beberapa kota, ketergantungan pada prosedur yang belum memiliki dasar hukum yang kuat tidak bisa terus berlanjut. Pemerintah China dihadapkan pada dilema besar terkait cara yang tepat untuk mengelola kripto hasil kejahatan, dan penting bagi mereka untuk segera menyusun regulasi yang lebih jelas dan mengatur perusahaan swasta yang terlibat dalam proses tersebut.
Simak Juga : Stres Berlebih? Kenali 4 Tanda yang Perlu Diwaspadai