Immovesting – Kebijakan Trump tentang proteksionisme yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berpotensi menguntungkan Indonesia. Tarif impor tinggi yang dikenakan terhadap kendaraan listrik (electric vehicle/EV) asal China membuat para pabrikan dari negara tersebut mencari pasar alternatif. Salah satu negara tujuan yang dinilai potensial adalah Indonesia. Direktur Riset Ekonomi Makro, Kebijakan Fiskal, dan Moneter CORE Indonesia, Akhmad Akbar Susamto, menyatakan bahwa ketegangan perdagangan antara AS dan China semakin meningkat akibat kebijakan tersebut. Hal ini mendorong industri kendaraan listrik China untuk merelokasi produksinya ke negara-negara dengan tarif yang lebih rendah, termasuk Indonesia.
Menurut Akbar, kebijakan Trump pada periode kedua pemerintahannya mencakup penerapan tarif impor hingga 60% untuk produk asal China. Langkah ini diambil untuk melindungi industri domestik AS, meskipun berisiko memperburuk hubungan dagang global. Pada 2024, defisit perdagangan antara AS dan China tercatat mencapai 381 miliar dolar AS. Dengan kondisi ini, pabrikan China mulai mencari peluang di negara lain yang lebih ramah terhadap investasi mereka. Indonesia menjadi salah satu negara yang menarik bagi industri kendaraan listrik China, mengingat tarif yang lebih rendah serta pasar yang berkembang pesat.
Baca Juga : Jaringan Pencucian Uang Ditangkap di Vietnam
Data dari CORE Indonesia menunjukkan bahwa ekspor kendaraan listrik China meningkat signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Pada periode 2018-2023, ekspor mobil listrik dari China melonjak 1.661% dan mencapai 2,5 juta unit pada 2024. Selain itu, pada 2023, pangsa pasar mobil listrik jenis MPV dan SUV asal China di AS tercatat sebesar 13%. Dengan diberlakukannya kebijakan tarif tinggi oleh Trump, Indonesia semakin dipandang sebagai tujuan strategis bagi ekspansi industri kendaraan listrik China.
Sejumlah produsen kendaraan listrik asal China telah memasuki pasar Indonesia, di antaranya BYD, Aion, Chery, Geely, Jaecoo, Neta, dan XPeng. Beberapa di antara mereka bahkan mulai membangun fasilitas produksi di dalam negeri. BYD, misalnya, sedang merealisasikan pembangunan pabrik di Subang Smartpolitan, Jawa Barat, yang ditargetkan selesai pada akhir 2025. Pabrik ini dirancang dengan kapasitas produksi hingga 150.000 unit mobil listrik per tahun. Selain itu, Aion juga telah memiliki fasilitas produksi di Cikampek, Jawa Barat, dengan kapasitas mencapai 50.000 unit per tahun.
Meski demikian, pasar mobil listrik global tetap menghadapi tantangan, terutama akibat kebijakan baru yang diterapkan oleh Trump. Salah satu kebijakan yang berpengaruh adalah pencabutan mandat kendaraan listrik yang sebelumnya diinisiasi oleh mantan Presiden AS, Joe Biden. Mandat tersebut bertujuan untuk meningkatkan adopsi kendaraan listrik sebagai bagian dari upaya transisi energi. Namun, Trump menilai kebijakan ini tidak sesuai dengan kepentingan industri otomotif AS yang masih didominasi oleh kendaraan berbahan bakar minyak (BBM) atau internal combustion engine (ICE). Sebagai gantinya, Trump justru mendorong peningkatan produksi serta penggunaan minyak dan gas dalam negeri.
Kondisi ini menciptakan dinamika baru dalam industri kendaraan listrik global. Di satu sisi, kebijakan proteksionisme AS membuat pasar kendaraan listrik China di negara tersebut semakin terbatas. Di sisi lain, negara-negara berkembang seperti Indonesia menjadi lebih menarik sebagai basis produksi dan pasar baru. Selain itu, Indonesia juga memiliki cadangan nikel yang besar, yang merupakan komponen penting dalam produksi baterai kendaraan listrik. Faktor ini semakin memperkuat daya tarik Indonesia bagi investasi industri kendaraan listrik dari China.
Ke depan, dampak dari kebijakan Trump terhadap industri kendaraan listrik di Indonesia masih perlu diamati lebih lanjut. Jika tren relokasi pabrikan China terus berlanjut, Indonesia berpotensi menjadi salah satu pusat produksi kendaraan listrik terbesar di kawasan Asia Tenggara. Dengan strategi yang tepat, Indonesia dapat memanfaatkan momentum ini untuk memperkuat industri otomotif berbasis energi bersih dan berkontribusi dalam pengurangan emisi karbon di tingkat global.
Simak Juga : Pentingnya Menjaga Kesehatan untuk Masa Depan